Siginjai99 Channel, Muaro Jambi : Bagaimana proyek yang jauh, sementata proyek yang dekat saja, amburadul.
Hal ini dilontarkan Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Muaro Jambi, Sumarsen Purba terkait pembangunan rehab gedung Pondok Bersalin Desa (Polindes) Pematang Pulai Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, yang dinilainya asal jadi, Selasa (02/02/2024) kepada awak media.
Dirinya mengatakan, terjadinya pembangunan yang tidak sesuai harapan masyarakat itu disinyalir karena ada kelalaian dari pihak penyedia yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi.
“Diduga ini ada kelalaian dari Dinkes Muaro Jambi,” kata Sumarsen.
Politisi PDI-P ini menyebut, seharusnya, sebelum bangunan tersebut selesai, dinas kesehatan melalui PPTK ataupun tim selalu turun kelapangan untuk memantau perkembangan pembangunan tersebut. Hal itu agar pembangunan sesuai dengan harapan.
“Kalau dinas kesehatan memantau, tidak bakal terjadi hal seperti itu,” ujar Sumarsen.
Dugaannya, jika banyak proyek-proyek yang ditenggarai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi banyak yang lebih parah dari yang dibangun di Pematang Pulai. Sebab Pematang Pulai termasuk daerah ibukota Muaro Jambi yang tentunya mudah dijangkau untuk memantau, tapi ini tidak terpantau.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi Afifuddin ketika dikonfirmasi awak media, menyebut jika dirinya belum mendapatkan informasi terkait hal itu.
“Harus di cek dulu kelapangan,” ucap Afifuddin.
Disinyalir, Afifuddin terkesan melindungi pemborong. Sebab dia mengutarakan jika pembangunan sudah bagus, apalagi hanya menghabiskan dana Rp 90 juta.
“Sudahlah, itukan proyek kecil. Hanya Rp 90 juta. Itu sudah bagus, sudah di cet luar dalam,” umbarnya..
Info yang berhasil dihimpun, pembangunan rehab gedung Pondok Bersalin Desa (Polindes) Pematang Pulai Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi, yang merupakan proyek dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi tahun anggaran 2023 dengan nominal sekitar Rp 120 juta.
Ada beberapa item yang dikerjakan, diantaranya atap beserta dak, keramik lantai, toilet, tralis, cet luar dalam dan sebagainya.
Kenyataan di lapangan, rehab gedung yang menghabiskan dana Rp 120 juta itu cukup memprihatinkan. Belum dihuni oleh bidan yang menempatkan itu, lantai keramiknya sudah banyak yang pecah. Selain itu, keramiknya juga banyak yang tidak simetris. Selain itu, tralis yang terpasang di pintu samping dan belakang tidak simetris sehingga ketika tralis ditutup, hanya bagian atas yang menyantol di kunsen pintu. (Ade)
Discussion about this post